Pesantren di Tengah Kemajuan Teknologi
Pesantren adalah sebuah institusi keagamaan yang di dalamnya mempunyai banyak nilai yang cukup strategis dan signifikan dalam memberikan arahan dan pengarahan bagi masyarakat baik dalam konteks sosial maupun keagamaan. Usaha untuk membina dan menjaga keabsahan serta karismatik sebuah pesantren tidaklah begitu mudah, akan tetapi banyak membutuhkan kesadaran dan pengorbanan, baik fisik maupun ekonomi dan lain sebagainya. Pesantren juga menjadi salah satu etika bagi moralitas remaja dan mesyarakat.
Dengan karakteristik demikian secara internal pesantren berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya dalam masyarakat. Dan secara internal pesantren itu bagaimana bisa membangun dan berintraksi dengan masyarakat, supaya ada keterkaitan yang kerap kaitannya dengan moralitas anak diluar kegiatan pesantren.
Pada tahun 80-an Pesantren memang termasuk lembaga yang sangat terbelakang untuk menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapinya. Khususnya dalam masalah teknik dan material yang sangat terbatas. Nah, semenjak tahun 2000 Pesantren mulai mengintropeksi diri, bagaimana keterbelakangan itu tidak dialami lagi oleh Pesantren. Pada saat itu pula Pesantren menyadari bahwa dalam lembaga itu masih banyak kelemahan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan- kehidupan di era global saat ini.
Pengembangan sistem informasi dan komonikasi di pesantren mulai digalakkan. Sedikit demi sedikit pesantren sudah bisa berintraksi dengan dunia-dunia luar, akan tetapi dalam perubahan-perubahan tersebut pesantren tetap kokoh menjaga nama baik dan karismatiknya. Pada umumnya pesantren dulu hanya diperankan oleh seorang kiai dan santrinya. Tetapi sekarang tidak. Pesantren adalah sebuah lembaga yang di dalamnya terdapat multi Ras.
Tidak jarang orang mengatakan, kalau anak didiknya disekolahkan di pesantren akan banyak ketinggalan pengetahuan yang seharusnya ia pelajari. Terutama pengetahuan yang kerap kaitannya dengan tegnologi. Mereka fikir dizaman yang tengah maraknya kecanggihan alat-alat eletronik, anak tersebut akan menjadi GAPTEK. Hal itu tak ubahnya mereka mengatakan kalau pesantren adalah sebagai pemicu dari kebodohan. Khususnya dibidang tegnologi. Lain halnya dengan sekolah-sekolah negri terfavorit yang fasilitasnya lebih dominan dari pada pesantren.
Mendengar perkataan yang sangat sengit itu, rasanya tidak terima kalau pesantren di fonis sebagai salah satu penyebab salah satu kebodohan anak. Dewasa ini jika kita fikir-fikir, pendidikan dipesantren ataupun non pesntren pada hakikatnyan sama. Hanyalah sebagian kecil saja yang membedakan, yaitu sistem pengajaran dan pelajaannya. Kalau di pesantren siswanya banyak di tuntut untuk mendalami ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu yang bernilai Religius, seperti pelajaran kitab kuning ( tafsir, fiqih, tasawuf, hadits dan sebagainya). Namun di sekolah negri tidak.
Belajar ilmu agama yang memang erat kaitannya dengan islam bukan hanya kewajiban kita sebagai orang muslim, di samping itu juga agar bisa membentengi kita dan anak-anak didik kita, bagaimana berkiprah di masyarakat nanti, tidak hanya mencukupkan Yasin dan Tahlil saja. Pesantren cukup banyak berperan dalam kehidupan sosial. Yang jelas tujuan utuma dari pesantren tak lain untuk mencetak anak didiknya agar berwawasan luas mengenai ilmu keagamaan dan berakhlakul karimah dengan baik.
Namun bukan berarti harus meninggalkan pelajaran umum. Justru sekarang banyak allumni pesantren yang melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinngi tidak kalah saing dengan orang-orang memang mengenyam pendidikan disekolah terfavorit. Kita dapat membuktikan bahwa tingkat kemampuan dan keberhasilan anak tidak sepenunnya bisa diukur di sekolah mana mereka itu belajar. Namun kerajinan serta minat anak yang menjadi acuan agar supaya mereka menjadi orang yang sukses. Apalagi di zaman sekarang manyoritas anak mengalami kemerosotan yang begitu pesat. Jika tidak memiliki jiwa yang teguh pendirian dan berakhlakul karimah, kemungkinan besar akan terseret oleh kehidupan-kehidupan Trend yang berbau kelakuan negatif saat ini.
Sangat naif sekali melihat anak atau ramaja yang kerjaanya hanya nongkrong kesana-kemari. Bahkan mereka bangga dengan model-model yang banyak mengundang hal-hal negatif.
Sangat naif sekali kalau semestinya anak-anak muda menjadi teladan penerus bangsa, sedangkan kehidupannya telah diwarnai dengan hal-hal yang senonoh. Adapun salah satu alternatf untuk meminimalisir peristwa-peistiwa tersebut yaitu dengan adanya pesantren. Dalam sebuah pesantren, anak bisa ditolerir agar tidak bebas berkeliaran, bahkan dilarang keras keluar dari lingkungan pesantren tanpa seizin petugas. Karena jika anak itu sudah bergaul bebas, otomatis ia akan ikut dan meniru bagaiman tingkahlaku teman tersebut.
Fungsi pesantren sebagai institusi sosial yaitu sebagai berikut. Pertama, menjadi sumber nilai dan moralitas. Kedua menjadi sumber pendalaman nilai dan ajaran keagamaan. Ketiga, menjadi pengendali atau filter dengan perkembangan moralitas dan kehidupan spiritual. Keempat, menjadi perantara berbagai kepentingan yang timbul dan berkembang di masyarakat dan menjadi sumber praksis dalam kehidupan. Nah, dengan hal itu kita bisa lihat betapa pentingnya sebuah pesantren dalam sebuah kehidupan masyarakat.
Marsus Ala Utsman* Kelahiran Sumenep, sekarang masih tercatat sebagai siswa XIIB SMA Pesantren Al-In’am.
e-mail: marsus_nu@yahoo.co.id.
Minggu, 02 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar